Bacaan Doa Iftitah
Sunday, October 26, 2014
Add Comment
Doa
Istiftah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram .Bacaan
Doa iftitah Jika kita melakukan sholat fardu maupun shalat sunnah, setelah
takbiratul ikhram maka kita membaca doa, doa tersebut adalah doa iftitah. Dengan
kata lain doa iftitah ialah doa yang dibaca pertama kali setelah takbiratul
ikhram di rakaat pertama didalam shalat.Di antara doa istiftah yang bisa dibaca
adalah,
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ
غَيْرُكَ
“Subhaanakallahumma
wa bi hamdika wa tabaarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaha ghoiruk
artinya:
Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah
Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang
berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.” (HR. Muslim no. 399, Abu Daud no. 775, Tirmidzi no.
242, Ibnu Majah no. 804).
Ibnu
Taimiyah menyatakan, “Disunnahkan membaca doa istiftah tersebut dalam shalat
wajib. Sedangkan doa istiftah yang lain dianjurkan oleh sebagian ulama untuk
dibaca pada shalat nafilah (shalat sunnah).” (Kitab Shifatish Shalah min Syarhil ‘Umdah
karya Ibnu Taimiyah, hal. 86). Doa
istiftah lain yang bisa diamalkan,
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي
مِنْ
خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ
اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ
بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Allahumma baa’id baynii wa bayna khothoyaaya
kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khothoyaaya
kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii
min khothoyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod
Artinya:
Ya Allah,
jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku
sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya
Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.” (HR. Bukhari no. 744,
Muslim no. 598, An Nasai no. 896, lafaznya adalah dari An Nasai)
Ibnu
Taimiyah berkata, “Jika ada yang lupa membaca doa istiftah pada tempatnya, maka
ia tidak perlu mengganti di rakaat kedua.” (Kitab Shifatish Shalah, hal. 97).
B. Hukum Membaca Doa Istiftah
Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist dari Abu
Hurairah:
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛
أرأيت سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat.
Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan
ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang
engkau baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa istiftah)” (Muttafaqun
‘alaih)
Setelah menyebut beberapa doa istiftah dalam
kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi berkata: “Ketahuilah bahwa semua doa-doa
ini hukumnya mustahabbah (sunnah) dalam shalat wajib maupun shalat
sunnah” (Al Adzkar, 1/107). Demikianlah pendapat jumhur ulama, kecuali
Imam Malik rahimahullah. Beliau berpendapat, yang dibaca setelah takbiratul
ihram adalah الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ yaitu
surat Al Fatihah.
Tentu saja pendapat beliau ini tidak tepat
karena bertentangan dengan banyak dalil.Bacaan doa iftitah yang dibaca oleh
Rasulullah Saw bermacam-macam, dalam doa iftitah Nabi Saw mengucapkan pujian,
sanjungan, dan kelimat keagungan untuk Allah. Ada beberapa macam jenis doa
istiftah yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan
sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih. Berikut ini macam-macam
doa istiftah yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa istiftah, yang tercantum
dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
Pertama
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ،
كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ
الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ
اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan
kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah,
sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”
(HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih
diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul
Baari (2/183)
Kedua
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ
رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ
لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ،
وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ،
وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ،
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ
إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha
Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk
orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku,
hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh
karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku
berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan
aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi
diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya.
Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau.
Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya
melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena
sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka
aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan
berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak
tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh
dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari
Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat
kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 –
186)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam
shalat fardhu dan shalat sunnah.
Ketiga
اللَّهِ
أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا
مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ
وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha
Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk
orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku,
hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku
berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak
disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i,
1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/251)
Keempat
إِنَّ صَلَاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ،
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي
لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا
إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي
سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku,
hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada
sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk
orang yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang
terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku kepadanya kecuali Engkau. Jauhkanlah
aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat menjauhkanku darinya
kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141, Ad Daruquthni 112)
Kelima
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ
اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan
nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah
yang berhak disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143,
At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id
Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Doa ini
juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari ‘Aisyah,
Anas bin Malik dan Jabir Radhiallahu’anhum.
Bahkan Imam Muslim membawakan riwayat :
أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك
“Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini
(ketika shalat) : (lalu menyebut doa di atas)” (HR. Muslim no.399)
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para
sahabat Nabi, sehingga para ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk
mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini cukup singkat dan sangat
tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, semisal
anak-anak dan orang tua
Keenam
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ
اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
3x
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
3x
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan
nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah
yang berhak disembah selain Engkau, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al
Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Ketujuh
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran,
segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu
pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)
Hadits tersebut
diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:
بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “.
قال ابن عمر: فما تركتهن منذ
سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك
“Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, ada seorang lelaki yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di
atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku
heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku
tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.
Kedelapan
الْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya”
(HR. Muslim 2/99).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin
Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki yang membaca doa
istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda.
لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka
saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
Kesembilan
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ
حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ
حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ،
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ
أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ
وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ،
وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi
serta orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau
memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala
puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang
berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan
Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau.
Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan
dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka
itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar
adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman.
Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku
mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang
telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan
maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan
yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366 – 367,
13/399, Muslim 2/184)
Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada
shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesepuluh
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ،
وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ
يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ
تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail,
dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga
nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka
perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan,
dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus,
kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada
shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesebelas
10x
الله اكبر
10x
الحمد لله
10x
لا اله الا الله
10x
استغفر الله
10x
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي
وَعَافِنِي
10x
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ
يَوْمَ الْحِسَابِ
“Allah Maha Besar” 10x
“Segala pujian bagi Allah” 10x
“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah” 10x
“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk,
berilah aku rizki, dan berilah aku kesehatan” 10x
“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di
hari kiamat” 10x
(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath
62/2. Dihasankan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
C. Adab Membaca Doa Istiftah
Beberapa adab membaca doa istiftah dijelaskan
oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al Adzkar (1/107) :
- Disunnahkan menggabung beberapa doa istiftah, dalam shalat
yang sendirian. Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika
makmum tidak mengizinkan, maka jangan membaca doa yang terlalu panjang.
Bahkan sebaiknya membaca yang singkat. Imam An Nawawi nampaknya
mengisyaratkan hadits:
إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم الصغير والكبير والضعيف
والمريض . فإذا صلى وحده فليصل كيف شاء
“Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia
ringankan shalatnya. Karena di barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua,
orang lemah, orang sakit. Adapun jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai
keinginannya” (HR.Muslim 467)
- Jika datang
sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa istiftah. Kecuali jika sudah akan
segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah. Jika demikian
keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca istiftah, namun berusaha
menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena membaca Al Fatihah itu
rukun shalat.
- Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang
rukuk, atau duduk di antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum
langsung mengikuti posisi imam dan membaca sebagaimana yang dibaca imam.
Tidak perlu membaca doa istiftah ketika itu.
- Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran
membaca doa istiftah ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih
tepat adalah tidak perlu membacanya, karena shalat jenazah itu sudah
selayaknya ringan.
- Membaca doa istiftah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika
seseorang meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
- Yang sesuai sunnah, doa istiftah dibaca dengan sirr (lirih).
Jika dibaca dengan jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak
membatalkan shalat.
2.A.Membca Doa
Ta’awuzd
Ta’awudz atau isti’adzah
menurut bahasa adalah melindungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Maka
kata-kata naudzubillah artinya kami berlindung kepada. Allah Untuk membaca kita
diperintah Allah swt untuk membaca ta’awudz terlebih dahulu. Pada Q.S An Nahl :
98 Allah berfirman :
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Perintah
membaca ta’awudz bukan hanya ketika akan membaca Al-quran. Melainkan pada
kesempatan atau keadaan lainnya, seperti ketika di dalam kehidupan sehari-hari
dituntut menjadi orang yang pemaaf, melakukan amar makruf nahi munkar serta
bersikap tegas dan lugas ketika harus berpaling dari orang-orang yang bodoh. Maka apabila setan menghalangi untuk yang
demikian, berlindunglah kepada Allah SWT, Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
(Q.S Al-A’raf : 199)
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan
Maka berlindunglah kepada Allah.. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S Al-A’raf : 200). Maksudnya: membaca A’udzubillahi
minasy-syaithaanir-rajiim, Memberi maaf, memerintah kebaikan, dan atau
memalingkan diri dari orang jahil yang kita banyak keperluan, semua ini tidak
ringan karena harus melawan sang penggoda yang tidak kenal lelah, pantang
menyerah lagi tak terima rayuan dan sogokan, maka yang akan terasa ringan
adalah apabila mengerjakan perkara sebaliknya. Maka tiada jalan, selain dengan
bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Zat Yang Maha Pencipta. Membaca
doa ta'awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka'at, sebagaimana firman Allah
ta'ala: "Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (An Nahl : 98) Dan pendapat ini
adalah yang paling shahih dalam madzhab Syafi'i dan diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat
al Majmuu' III/323 dan Tamaam al Minnah 172-177).
Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi:
أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“A’udzu
billahi minasy syaithooni minasy syaithonir rojiim
Artinya:
aku
berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.
” Hal ini berdasarkan keumuman ayat yang memerintahkan
membaca ta’awudz baik di dalam maupun di luar shalat ketika memulai membaca Al
Qur’an,
فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila
kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.” (QS. An Nahl: 98). (Lihat Kitab
Shifatish Shalah, hal. 101).
Ta’awudz
dibaca pada raka’at pertama sebelum memulai membaca surat setelah membaca doa istiftah.
Ibnu Taimiyah berkata, “Jika seseorang meninggalkan membaca ta’awudz di rakaat
pertama, maka hendaklah ia membacanya di raka’at kedua.” (Kitab
Shifatish Shalah, hal. 97).
Atau mengucapkan
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“A’udzu
billahis samii’il ‘aliim, minasy syaithoonir rojiim min hamzihi wa nafkhihi wa
naftsih
artinya:
aku berlindung
kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan syaitan
yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang
tercela).” (HR. Abu Daud no. 775 dan Tirmidzi no. 242. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan sanad hadits ini hasan.
Beberapa
pendapat ulama’ mengenai ta’awudz adalah antara lain :
Ulama dari kalangan Malikiyah berpendapat makruh membaca ta’awudz dan
basmalah sebelum al-Fatihah dan surah (selain al-Fatihah), bardasarkan hadits
Anas yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan
Umar memulai shalat dengan ucapan Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Hadits ini muttafaq ‘alaih.
Menurut
beberapa shahabat yaitu A’tho’ dan Tsauri berpendapat bahwa membaca
ta’awudz dengan terang hukumnya wajib, firman Allah:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَـٰنِ
الرَّجِيْمِ
Karena
ayat ini merupakan kalimat perintah untuk meminta perlindungan kepadaNya dari
kejahatan syaithan, dalam usul fiqhnya" مالايتم الواجب الا به فهو واجب " Tidaklah
suatu itu sempurna kewajibannya kecuali dengan lantaran (intermediasi) sesuatu
itu, maka hal itu menjadi perkara wajib. Maka wajib untuk membacanya agar
tehindar dari kejahatan dan godaan syaithan dalam menjalankan ibadah
(shalat).
Ulama dari
kalangan Hanafiyah berpendapat sunnah membaca ta’awudz hanya pada raka’at pertama saja.
Ulama
Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat sunnah membaca ta’awudz secara sirr (suara
pelan) di awal setiap raka’at sebelum membaca al-Fatihah, dengan mengucapkan
أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم,
sedangkan menurut Ahmad hendaknya membaca
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم
. Kemudian
membaca basmalah dengan sirr menurut Hanafiyah dan Hanabilah, dan jahr (suara
keras) dalam shalat jahriyyah menurut Syafi’iyah. Para fuqaha yang mensunnahkan
ta’awudz berdalil dengan firman Allah ta’ala:
فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَـٰنِ الرَّجِيْمِ
Artinya:
“Apabila kalian membaca Al-Qur’an, hendaklah kalian meminta
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl : 98)
Dalil lafazh ta’awudz adalah hadits
riwayat Ahmad dan at-Turmudzi dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa apabila Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, beliau membaca doa istiftah
kemudian mengucapkan
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه ونفخه ونفثه
(Aku berlindung kepada Allah yang Maha
Mendengar dan maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari hasutan fitnahnya,
hembusan dan tiupan sihirnya). Ibnu al-Mundzir berkata, diriwayatkan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau sebelum membaca al-Fatihah
mengucapkan : A’udzubillahi minassyaithonirrojim. ara ulama’ bersepakat bahwa
ta’awudz bukanlah termasuk ayat Al-qur’an, tapi anjuran untuk membacanya
karena termasuk salah satu bentuk ketaatan atas perintah Allah dan diperintahkan
bersungguh-sungguh dalam melafadzkannya karena merupakan sebuah bentuk
permintaan tolong atas gangguan syaithan
0 Response to "Bacaan Doa Iftitah"
Post a Comment