Khutbah Idul Fitri
KANG_GHOFUR. Idul Fitri menjadi hari yang ditunggu-tunggu umat Islam selepas menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah merupakan perintah Allah swt kepada umat manusia untuk menguatkan iman dan membentuk pribadi yang bertaqwa, peduli sosial, dan semakin mencintai alam semesta. Idul fitri kali ini walaupun masih dalam keadaan Pandemi teatapi alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah masih memberikan kesempatan kepad akita untuk melaksanakan Sholat Ied berjamaah, namun tetap harus kita ikuti protokol kesehatan seperti yang telah dianjurkan pemerintah, sedikit kita berikan contoh Khutbah Idul Fitri.
Khutbah Idul Fitri
Khutbah I
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا،
وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ،
وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أما بعد،
فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى: إِنَّ
الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ، اُدْخُلُوْهَا
بِسَلَامٍ آمِنِينَ (الحجر: ٤٥-٤٦)
Ma’asyiral Muslimin
yang berbahagia,
Walaupun saat ini kita
dalam masa pandemi, namun alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kesempatan
untuk merasakan kebahagiaan. Meskipun saat ini kita dalam masa-masa yang sulit,
tapi alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kekuatan untuk merayakan hari
kemenangan yang penuh kebahagiaan. Semoga kita dianugerahi umur yang panjang
sehingga dapat kembali menikmati kelezatan ibadah pada Ramadhan yang akan
datang.
Saudara-saudara yang
berbahagia,
Banyak sekali hikmah, pelajaran dan makna yang dapat kita petik dari mewabahnya Covid-19. Di antaranya, kita diingatkan untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Jika kita tidak menghiasi diri kita dengan sifat sabar dan syukur dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. Sebaliknya, jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati kita, maka kita akan meraih ridha Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat.
Mewabahnya virus ini juga mengingatkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Hanya dengan makhluk yang sangat kecil itu, banyak orang menjadi tak berdaya. Banyak orang jatuh sakit. Bahkan banyak orang meninggal dunia. Hal ini seakan mengikis habis kesombongan pada diri manusia. Manusia itu makhluk lemah yang memiliki banyak keterbatasan. Tidak selayaknya ia menyombongkan dan membanggakan dirinya.
Menyebarnya virus ini juga mengingatkan kita akan kematian. Manusia pasti akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di dunia ini. Semuanya pasti akan berakhir dengan kematian. Tidak seorang pun dapat memajukan kematian atau memundurkannya barang sesaat pun. Kematian adalah pintu yang akan dimasuki oleh setiap insan. Ajal tidak akan meminta izin kepada orang muda yang sehat. Maut juga tidak akan permisi kepada orang tua yang sakit-sakitan. Maut akan menjemput seseorang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Virus ini adalah satu di antara sekian sebab kematian manusia.
Menjalarnya virus ini juga mengingatkan kepada kita akan arti penting dari ilmu agama. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menggali hikmah dari suatu kejadian. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan dapat bersabar dan bersyukur sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menyikapi musibah sesuai tuntunan syariat Islam.
Hadirin yang berbahagia,
Kita bersyukur kepada Allah karena telah dianugerahi kekuatan untuk menuntaskan ibadah puasa dan berbagai ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Setiap kali selesai menuntaskan suatu ibadah, seorang mukmin yang baik akan berharap-harap cemas. Berharap ibadahnya diterima oleh Allah. Dan cemas, jangan-jangan ibadah yang telah dilakukan tidak diterima oleh-Nya. Harapan itu akan memotivasinya untuk terus melakukan ibadah sehingga ia bisa menghimpun bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kecemasan dan kekhawatiran itu akan mendorongnya untuk terus beribadah, karena ia tidak tahu ibadah mana yang diterima oleh Allah ta’ala, apakah ibadah yang telah dikerjakan ataukah ibadah yang akan dilakukan.
Saudara-saudara yang berbahagia ,
Setelah hak-hak Allah kita tunaikan selama Ramadhan melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, tibalah kini waktu untuk memenuhi hak-hak sesama hamba. Hari raya adalah salah satu momen yang tepat untuk mempererat tali silaturahim dan memperkuat hubungan persaudaraan sesama muslim dan sesama anak bangsa.
Musim pandemi janganlah menghalangi kita untuk bersilaturahim. Karena silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika tidak memungkinkan dengan bertemu fisik, maka bisa diganti dengan pertemuan secara daring. Silaturahim juga dapat dilakukan dengan saling bertegur sapa dan menanyakan kabar melalui sambungan telepon. Di musim pandemi covid-19 ini, kita memang dianjurkan untuk menjaga jarak fisik. Akan tetapi jarak sosial tidak boleh renggang. Jarak persaudaraan harus tetap dekat. Jembatan penghubung antar kerabat harus tetap dibentangkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam Shahih Ibn Hibbban dari hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Wahai Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu yang jika aku kerjakan, maka aku akan masuk surga. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَطْعِمِ الطَّعَامَ وَأَفْشِ السَّلامَ
وَصِلِ الأَرْحَامَ وقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلِ الْـجَنَّةَ
بِسَلاَمٍ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ)
Artinya: “Berikanlah makanan, sebarkanlah salam, sambunglah tali
silaturahim dan lakukan shalat malam ketika orang-orang tidur, maka engkau akan
masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Hibban)
Hadirin
Rohimakumullahi,
Musim
pandemi jangan sampai membuat kita memutus tali silaturahim. Jangan sampai
keluarga dan kerabat kita, merasa kita tinggalkan dan kita abaikan. Walaupun di
masa pandemi, kita tetap jaga hubungan baik dengan mereka. Kita jaga hubungan
baik itu dengan cara membantu mereka di kala mereka butuh bantuan. Kita beri utang
mereka jika butuh utangan. Kita kunjungi mereka jika memungkinkan. Jangan
tunggu mereka berbuat baik kepada kita lalu kita balas kebaikan mereka. Jangan
tunggu mereka mengunjungi kita lalu kita balas kunjungan mereka. Jangan tunggu
mereka menyapa duluan lewat sambungan telepon baru kemudian kita balas menyapa.
Kita dahului mereka dengan itu semua. Karena ini adalah kebaikan yang pahalanya
besar. Jadilah orang yang pertama kali melakukannya. Kita berlomba-lomba dalam
kebaikan.
Menyambung silaturahim
adalah salah satu kewajiban dan memutus silaturahim termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ
الْـجَنَّةَ قَاطِعٌ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Artinya: “Tidak akan masuk
surga (bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga) orang yang memutus
silaturahim (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadirin yang berbahagia,
Termasuk
silaturahim adalah membantu kerabat kita ketika mereka dalam kondisi
membutuhkan, terutama dalam situasi pandemi seperti saat ini. Dalam hadits
disebutkan:
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ
يُعَزِّي أَخَاهُ بِمُصِيبَةٍ إِلا كَسَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ مِنْ حُلَلِ
الكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه)
Artinya: “Tidaklah seorang mukmin menghibur
saudaranya karena musibah yang menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan
kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari kiamat” (HR Ibnu Majah)
Janganlah kita
menganggap silaturahim sebagai beban. Jangan pula berpikir bahwa silaturahim
hanya akan menambah kesusahan yang sedang kita rasakan. Bahkan sebaliknya,
hadirin sekalian, dengan sebab silaturahim itu Allah akan angkat kesusahan dari
kita dan melapangkan rezeki kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أنْ
يَمُدَّ اللهُ في عُمُرِه وَيُوَسِّعَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ وَيَدْفَعَ عَنْهُ
مِيْتَةَ السُّوْءِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رَوَاهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ)
Artinya “Barangsiapa
menginginkan dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan diselamatkan dari
kematian yang buruk oleh Allah, maka hendaklah ia sambung tali silaturahim
dengan kerabatnya” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Hadirin yang berbahagia,
Kepada selain kerabat dan keluarga juga kita lakukan hal yang sama. Kita jadikan hari raya sebagai mementum untuk mempererat hubungan kita dengan tetangga, teman, kolega, dan seluruh lapisan masyarakat. Saling bermaaf-maafan harus menghiasi hari raya kita. Yang lalu biarlah berlalu. Kita maafkan kesalahan orang lain kepada kita. Kita adalah saudara-saudara sesama Islam. Kita adalah bersaudara sesama anak bangsa. Di akhirat kelak, janganlah kita termasuk mereka yang membawa pahala shalat, puasa, dan berbagai ibadah yang lain, sekaligus juga membawa dosa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Yaitu mereka yang berbuat zalim kepada orang lain dan belum sempat meminta maaf atau kerelaan darinya sampai ajal tiba. Merekalah orang yang bangkrut sebangkrut-bangkrutnya di akhirat kelak. Pahala mereka akan diambil dan diberikan kepada orang-orang yang mereka zalimi. Jika tidak cukup, maka dosa-dosa orang yang mereka zhalimi akan diambil dan ditimpakan kepada mereka lalu mereka dilemparkan ke api neraka. Na’udzu billahi min dzalik.
Saudara-saudaraku yang
dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini.
Mudah-mudahan
bermanfaat bagi kita semua.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
II
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ. أما بعد فَأُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى
تَمَامِ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَتْبِعُوا رَمَضَانَ بِصِيَامِ سِتٍّ مِنْ
شَوَّالٍ، لِيَكُونَ لَكُمْ كَصِيَامِ الدَّهْرِ وَصَلِّ اللهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا أَمَرْتَنَا، فَقُلْتَ وَقَوْلُكَ
الْحَقُّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ،
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا،
وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً
وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ
وَالْبَرَكَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ
لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ
الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا،
وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ
اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
0 Response to "Khutbah Idul Fitri"
Post a Comment