Mengenal Aqiqoh dan Qurban ||Sejarah Adanya Qurban
Mengenal Aqiqoh dan Qurban, Aqiqoh dan Qurban Adalah salah satu ibadah yang disunnahkan dalam Agama Islam, dalam segala peristiwa pasti ada sebabnya, maka dari itu disini sedikit akan kita ulas mengenai Sejarah adanya Ibadah Qurban
A. Sejarah Adanya Qurban
Kita sebagai umat Islam harus taat melaksanakan kewajiban yang di perintahkan Allah kepada Hamba-Nya. begitu pula dengan ibadah Qurban, Qurban merupakan kewajiban bagi orang mampu atau berkecukupan, Nabi Muhammad SAW. mengingatkan dengan sabdanya.
" Barang siapa yang sudah mampu dan mempunyai kesanggupan, tetapi tidak berkurban maka dia jangan dekat-dekat ke Mushalahku "
Hadis tersebut merupakan peringatan bagi orang orang yang mampu dan banyak harta tetapi tidak mau berkurban.
Sejarah Qurban itu dibagi menjadi tiga yaitu Zaman Nabi Adam As, Zaman Nabi Ibrohim, dan Zaman Nabi Muhammad SAW. berikut penjelasan mengenai Sejarah Qurban, diantaranya sebagai berikut :
1. Zaman Nabi Adam As
Qurban yang pertama kali dilaksanakan di dunia adalah Qurban Oleh anank-anak Nabi adam Alaihi Saalam, yaitu Bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil adalah berupa hasil pertanian, sedangkan Habil berupa Hasil peternakan. Pada saat itu sudah mulai ada perintah, Barang siapa yang memiliki Harta banyak maka sebagian dari hartatanya dikeluarkan untuk berqurban
Qabil mengeluarkan Qurban dari hasil pertaniannya dan Habil mengeluarkan hewan peliharaannya untuk berkurban. Buah buahan yang di Qurban kan Qabil maupun Hewan ternak yang di qurbankan Habil mempunyai sifat yang berbeda. Habil mengeluarkan hewan qurban dengan tulus dan ikhlas maka dipilihlah hewan yang gemuk dan sehat karena dia taat terhadap petunjuk ayahnya, Nabi Adam. Berbeda dengan Qabil, dia memilih buah-buahan yang jelek-jelek dan sudah membusuk.
۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ
بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ
يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
2. Zaman Nabi Ibrahim AS
Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra oleh Allah dari pernikahannya dengan Sití Sarah. Siti Sarah merupakan istri pertama Nabi lbrahim Beliau selalu berdoa, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh". (Q.S. Ash Shafaat: 100)
Kemudian dari istri Nabi Ibrahim yang kedua, yakni Siti Hajar lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. la lahir di tengah-tengah padang pasir.
Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah agar meninggalkan Siti Hajar dengan seorang putranya yang baru lahir. Nabi lbrahim diperintahkan untuk menemui istri pertamanya, yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem, kota tempat Masjidil Aqsha berada. Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci berisi air untuk Siti Hajar dan Ismail.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 27,
وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ
رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ
" Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarat setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh "
Ismail ditinggalkan oleh Nabi lbrahim yang berada di Yerusalem sampai lsmail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti Sarah hamil dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Ishak. Nabi lbrahim diperintahkan lagi oleh Allah ke Mekah untuk menengok istri dan anaknya yang pertama, yaitu Ismail. Dalam suatu riwayat, Ismail kira-kira berumur 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai besar, Ismail menjadi anak kesayangan Nabi lbrahim. Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surah Ash-Shaffaat: 102:
Ketika Nabi Ibrahim bermimpi, ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail. Beliau mengalami mimpi,yang sama saat di Mina. Demikian juga ketika di Arafah. Hal ini merupakan ujian berat bagi Nabi Ibrahim AS supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surah Ash Shaffaat ayat 102.
Berita mengenai mimpi Nabi Ibrahim itu telah disampaikan kepada putranya, Ismail. Kira-kira lebin kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya, yaitu Siti Hajar: Wahai Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang dan menyembelih anakmu yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?" Siti Hajar berusaha mencegahnya, tetapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT. Tidak berhasil menggoda Siti, maka setan pun menggoda Nabi Ibrahim. Akan tetapi, setan tidak berhasil menggagalkan niat Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah.
فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ
وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا
كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ
3. Zaman Nabi Muhammad SAW
Berbicara mengenai kenikmatan, Allah mengingatkan,
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن
تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ
كَفَّارٞ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tiadalah dapat kamu menghitungnya. (Q.5. Ibrahim: 34). Oleh arena itu, berkaitan dengan ibadah qurban yang sudah ada sejak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman: "Dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah", shalat merupakan hubungan vertikal dengan Allah untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada seluruh makhluk-Nya. Hubungan antara sesama manusia secara horisontal diwujudkan bahwa setelah shalat Idul Adha, yaitu dengan berqurban memotong hewan ternak berupa kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Beribadah tidak hanya saja melalui shalat yang dilakukan sehari-hari, tetapi ada cara yang lain. Berbuat kebaikan kepada orang lain pun merupakan salah satu cara ibadah kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ
فَذَٰلِكَ ٱلَّذِي يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ
يُرَآءُونَ وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan) bantuan." (Q.S. Al-Ma'un: 1-7).
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا
وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ
لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Hukumnya berqurban ada dua pendapat: Pertama, wajib bagi orang yang mampu (kalau dibelikan kambing tidak akan mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga). Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya
0 Response to "Mengenal Aqiqoh dan Qurban ||Sejarah Adanya Qurban"
Post a Comment