WELCOME TO KANG GHOFUR >>> TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG >>> SEMOGA SUKSES DAN SEHAT SELALU

Dosa Meninggalkan Sholat || Dosa Dosa Besar



KANG_GHOFUR.  Salah satu dari Sekian banyak dosa besar adalah Meninggalkan Shalat

Apa kamu selalu shalat lima waktu? Anak-anak usia SMP yang ngaji di rumah saya masih banyak yang suka meninggalkan shalat wajib. Alasannya, macam-macam. Ada yang bangunnya siang, jadi enggak sempat shalat shubuh. Ada yang sekolahnya siang, jadi enggak ada waktu shalat dzuhur. Apapun alasannya, betul kalau ada sindiran: “Shubuh kesiangan, dzuhur kerepotan, ashar di perjalanan, maghrib kecapean, isya ketiduran." Yah kalau demikian, kapan shalatnya?

Sadarlah, jangan tertipu oleh syetan. Saat syetan membisiki, "Ntar aja lah. Kamu masih muda, usiamu masih panjang jangan buruburu taubat." Kamu harus menolak, "Nggak. Emang usiaku masih panjang? Aku ini sudah baligh. Kebaikanku berbuah pahala dan kedurhakaanku berakibat dosa. Memangnya kalau aku tidak shalat, dosanya buat syetan? Enggak, kan? Memangnya kalau aku meninggal sebelum taubat, hukumannya buat syetan? Enggak, kan? Enggak, aku nggak mau meninggal dalam keadaan mengabaikan shalat." "Ntar dulu dong. Waktu shubuh kan masih panjang. Baru adzan, lima menit aja lagi deh, matamu masih ngantuk," bisik syetan. Kamu jangan termakan bisikannya, lawan. "Sori ya, waktu adalah nikmat yang sangat besar. Aku harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, Aku tidak ingin ketinggalan beramal shaleh, sehingga jadi orang yang rugi. Sebelum shalat shubuh, aku ingin melakukan shalat sunah dulu, shalat tahiyatul masjid, syukur wudhu dan qabliah shubuh.
Jadi aku harus bangun sekarang juga. Ya, sekarang juga.” Huup, yah, aku sudah siap.

Saat syetan membisiki kamu, “Heh jangan ke kamar mandi malam-malam. Buat apa shalat malam segala. Shalat malam itu pekerjaan kiyai dan ustadz. Kamu ya cukup shalat lima waktu saja . Jangan membebani diri sendiri. Allah hanya ngasih beban sesuai kemampuan. Jadi jangan maksain diri. Apalagi malam hari seram loh. Banyak jin gentayangan. Kamu mau ketemu jin ya?" Kamu jangan hiraukan bisikannya. Majulah, mohonlah perlindungan kepada Allah dengan membaca ta'awudz, basmallah, dan berdzikir. Berwudhulah, lalu lakukan shalat. Biarkan syetan merasa terhina, karena godaannya tidak berhasil.

Oh ya perlu dipahami bahwa yang dimaksud meninggalkan shalat bukan hanya meninggalkan, namun juga menunda-nundanya sehingga mengakhirkannya. Kata Sa'id bin Musayyab, Imam tabiin, "Mereka tidak melakukan shalat dzuhur sampai datang ashar, tidak shalat ashar sampai datang maghrib, tidak shalat maghrib sampai datang isya dan tidak shalat isya sampai datang waktu fajar, dan tidak shalat shubuh sampai matahari terbit. Barangsiapa yang terusterusan mengakhirkan shalatnya dan tidak bertaubat, maka ia akan ditempatkan di Jahanam yang dalam.”

Kalau kamu ingin tahu dirimu akan bahagia atau sengsara di hari kiamat, maka evaluasilah shalatmu. Karena yang pertama kali dihisab ialah shalat. Kalau shalatmu bagus, tepat waktu, shalat berjama'ah lagi, dan dilakukan dengan sebaik-baiknya, kekurangannya ditambal dengan shalat-shalat sunah, insya Allah kamu akan selamat dan sukses. Tapi kalau shalatmu sering tertinggal, waktunya semaumu, selalu kamu nomor akhirkan, pokoknya payah, maka tentu nasibmu pun akan rugi dan sengsara.

Diceritakan, ada seorang perempuan Bani Israil datang kepada Nabi Musa as dan berkata, "Ya Rasulullah, aku telah berbuat dosa besar, tetapi aku sungguh telah bertaubat kepada-Nya. Doakanlah aku, agar dosaku diampuni dan taubatku diterima.” Nabi Musa bertanya kepadanya, "Apakah dosamu itu?” Perempuan itu membalas,"Wahai Nabiyullah, aku telah berbuat zina, lalu melahirkan seorang anak, maka anak itu kubunuh." Musa berkata kepadanya, “Keluarlah hai perempuan durhaka sehingga api dari langit tidak turun dan membakar kami disebabkan kesalahanmu." Perempuan tersebut keluar dengan hati yang hancur. Jibril turun dan berkata, "Hai Musa, Allah telah berfirman kepadamu,"Mengapa engkau tolak perempuan yang bertaubat tadi hai Musa. Bukankah kamu menemukan orang yang lebih buruk daripadanya?” Nabi Musa bertanya keheranan, "Wahai Jibril, siapakah orang yang lebih buruk daripada perbuatan perempuan tadi?” Jibril menjawab, Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja."

Astagfirullah, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja berarti telah melakukan dosa besar. Bahkan, lebih besar dosanya daripada wanita yang berbuat zina, lalu melahirkan anak, dan anaknya tersebut kemudian dibunuh. Kata Nabi saw, orang yang meninggalkan shalat dengan sengajar berarti jelas-jelas telah berbuat kafir (menentang) kepada Tuhannya. Bukankah Allah yang menciptakan kita, memberi kita rezeki dan menjadikan banyak kemudahan di muka bumi untuk kita? Namun, mengapa kita enggan untuk beribadah kepada-Nya? Mengapa kita menolak untuk bersujud dan bersyukur atas berbagai karunia dan nikmatNya?

Apabila kita mempunyai seorang pembantu yang kita gaji setiap bulan, bahkan diberi fasilitas handphone (HP) agar mudah dihubungi, kemudian kita panggil, namun ia menolak datang, apa yang akan kita lakukan? Wajarkah kalau kita ambil kembali HP-nya dan memberhentikannya sebagai pembantu? Wajarkah bila kemudian kita menghentikan gaji bulanan untuknya? Demikian pula Allah yang memberi kita segala nikmat, kemudian kita menolak untuk mendatangi-Nya, padahal suara muadzin begitu nyaring terdengar, "Hayya ‘ala al-shalat. Hayya 'ala al-falah.” Ayo kita shalat, ayo kita menuju kemenangan. Pikirkan seandainya Allah mencabut keberkahan hidup darimu. Pikirkan seandainya Allah mencabut kebahagiaan jiwa dari dalam dirimu. Pikirkan seandainya Allah mencabut seluruh nikmat-Nya darimu dan menggantinya dengan siksa. Bila itu terjadi di kemudian hari, siapakah yang pantas disalahkan? Ingatlah, Allah tidak pernah menganiaya seseorang, siapapun. Orang itulah yang sebenarnya telah menganiaya dirinya sendiri, sehingga ia mengundang hukuman-Nya.

Al-Dzahabi mengisahkan, ada orang yang saudara perempuannya meninggal. Kantong uang orang tersebut jatuh saat pemakamannya, dan tidak ada satupun orang yang menyadarinya sampai mereka berlalu meninggalkannya. Saat teringat, ia kembali dan menggali kubur saudaranya. Akan tetapi kubur tersebut menyala-nyala penuh api, maka segera saja kembali ditutupi dengan tanah. Ia berlari menemui ibunya sambil menangis dan bertanya, "Wahai ibu, apa yang dilakukan oleh saudara perempuanku saat hidup?” Ibunya bertanya,”Mengapa kamu menanyakan itu?" Dia menjawab,"Ibu, aku lihat kubur saudaraku menyala.” Ibunya menangis dan berkata, "Anakku, saudara perempuanmu suka meremehkan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya.” Ini keadaan orang yang mengakhirkan shalat, maka bagaimana nasib orang yang tidak shalat? Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita sehingga dapat melakukan shalat pada waktunya. Amin

Shalat itu ujian bagi kita. Kalau lulus ujian, insya Allah kita jadi orang yang disiplin dan bahagia. Lihatlah waktu shalat shubuh yang bertepatan ketika kamu sedang asyik-asyiknya tidur, udara dingin, dan mimpi indah. Tetapi kalau kamu bangun, niscaya tubuhmu segar dan kamu bisa bikin perencanaan yang matang. Waktu dzuhur bertepatan dengan waktu sibuk kerja. Kalau terus- menerus sibuk, kita akan lupa diri dan celaka. Shalat ashar, saat orang baru bangun tidur siang atau saat beberapa orang baru pulang kerja. Dengan kata lain, saat lelah dan butuh istirahat. Perasaan tersebut membuat kita sering lelah dan tidak memedulikan apapun. Shalat maghrib, saat alam mengalami perubahan yang dapat membuat kita jadi kaget. Alam yang semula terang benderang, berangsur gelap, udara pun berubah. Isya datang ketika malam benar- benar gelap gulita.

Badan pun terasa lelah dan penat, dan kita butuh tidur? Di waktu-waktu tersebut kita shalat biar badan kita segera, pikiran jernih, dan hatipun relax dan lapang.

Shalat fardhu lebih utama dilakukan berjama'ah. Sebagian ulama malah berpendapat harus berjama'ah. Ubaidillah bin Umar AlQawariri berkata, "Aku tidak pernah meninggalkan shalat isya berjama'ah walaupun sekali. Suatu malam, ada tamu sehingga aku sibuk dengannya dan tidak shalat isya berjama'ah. Aku keluar mencari shalat jama'ah di Masjid Bashrah, tetapi semua orang telah menunaikan shalat dan masjid pun ditutup. Aku kembali ke rumahku dan berkata, "Sesungguhnya shalat berjama'ah unggul 27 derajat dibandingkan shalat sendirian. Kemudian aku menjalankan shalat isya sendirian sebanyak 27 kali, lalu tidur. Aku melihat dalam tidurku, seakan-akan aku di tengah manusia di atas keledai, aku sendiri menaiki kuda dan kami saling berlomba. Akan tetapi aku ketinggalan. Salah seorang dari mereka menoleh kepadaku dan berkata, “Janganlah memaksakan kudamu, kamu tidak akan dapat mendahului dan mengejar kami.' Aku bertanya, “Kenapa? Orang itu menjawab, Karena kami shalat berjama'ah isya, sedangkan kamu shalat sendirian. Aku terbangun, bingung dan sedih.”

Pernah juga Umar ke kebun kurmanya, dan setelah kembali, orang-orang telah selesai berjama'ah ashar. Umar berkata,”Inna lillahi wa inna ilahi raji'un. Aku ketinggalan shalat ashar berjama'ah. Saksikanlah bahwa kebun kurmaku ini aku sedekahkan kepada orang-orang miskin sebagai tebusan atas perbuatan Umar (ketinggalan shalat ashar berjama'ah). "Amboi, apa sekarang ini masih ada orang yang seperti Umar?

“Tidak boleh shalat bagi tetangga masjid, selain di masjid," demikian kata Ali bin Abi Thalib. Saat ditanyakan, "Siapakah tetangga masjid itu?" Ali menjawab, "Orang yang mendengar suara adzan.” Nah, selama suara adzan masih dapat kita jangkau dengan telinga kita, maka shalatlah di masjid dengan berjama'ah. Jangan memandang siapa yang adzan, karena seorang muadzin hanyalah menyuarakan suara adzan. Hakikatnya, Allah-lah yang memanggilmu untuk datang menghadap, beribadah, dan berdoa kepada-Nya. Bila orang tuamu memanggil, apa yang akan kamu lakukan? Tentu kamu akan bergegas mendatanginya dan tidak ingin menunda-nundanya. Bila Allah memanggilmu pun, demikian juga sikap yang seharusnya dilakukan. Sekalipun Allah tidak terlihat dengan mata kepala, tetapi la dapat dilihat dengan jelas dengan mata pikiran dan mata hati. Mana mungkin pikiran dan hati kita bisa meniadakan Allah. Bukankah alam semesta ini merupakan salah satu bukti bahwa memang Dia ada, Maha Pencipta, Maha memberi rezeki, dan Maha mengatur alam semesta?

Al-Qarni menulis dengan tegas, "Seringkali kamu mendapati seorang muslim yang sehat, masih muda, kuat, dan kaya tatkala mendengarkan kumandang adzan Allahu akbar... Allahu akbar...Allahu akbar ia tidak bergegas pergi ke masjid, maka pada saat itulah kamu dapat memastikan akan sifat kemunafikannya."" Wah, wah, wah, gimana yah? Tidak shalat berjama'ah tanpa alasan dicap munafik. Mungkin logikanya begini, mengakui Allah sebagai Pencipta, Penolong, Pemberi rezeki dan Penguasa, eh ketika kita dipanggil oleh-Nya untuk beribadah bersama yang lain malah enggak datang. Datang menghadap-Nya terlambat dan sendirian lagi. Ibaratnya keyakinan kita tuh dipertanyakan, mana bukti syahadatmu? Katanya kamu mengakui tidak ada Tuhan selain Allah. Kenapa ketika dipanggil oleh-Nya tidak datang bergegas? Bayangkan seandainya kamu tahu Dede Yusuf tuh wakil gubernur Jawa Barat, terus kamu dipanggil olehnya untuk datang pukul 09.00 pagi bersama-sama dengan para ketua RT se-Jawa Barat. Yang lain datang tepat waktu, eh kamu datang terlambat sendirian tanpa alasan yang dibenarkan. Coba kamu bayangkan, bagaimana pandangan Wakil Gubernur yang mengundangmu? Pasti kamu akan dicap tidak disiplin, bahkan mungkin bisa dituduh menentang. Benar kan?
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab,"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada Kami kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at.” (QS. Al-Muddatstsir : 42-48).

Lihatlah dengan cermat, bahwa kriteria pertama untuk masuk ke dalam Saqar ialah tidak shalat. Maka janganlah kamu remehkan shalat. Shalatlah dengan semaksimal yang dapat kamu lakukan. Shalatlah seakan itu kesempatan terakhir untuk melakukan shalat. Shalatlah sesibuk apapun kamu, supaya kamu tidak rugi dan menyesali diri. .

Kamu ingin beruntung? Jagalah shalat. Orang yang menjaga shalat fardhu, dalam hadits, akan dimuliakan oleh Allah dengan lima hal: dicabut kesempitan hidupnya, dibebaskan dari siksa kubur, diberi kitab melalui tangan kanannya, melintasi shirath dengan cepat seperti kilat menyambar, dan masuk surga tanpa hisab. Sebaliknya, orang yang meremehkan shalat fardhu, maka akan mendapatkan empat belas akibat. Lima hukuman di dunia, yaitu:

1. Usianya tidak berkah.
2. Tanda keshalihan dari wajahnya dihapus.
3. Setiap kebaikannya jadi tidak berpahala. 4. Doanya tidak diangkat ke langit. 5. Tidak mendapatkan bagian dari doanya orang-orang shalih.

Tiga hukuman saat kematiannya, yaitu:

6. Meninggal dalam keadaan hina.

7. Meninggal dalam keadaan lapar.

8. Meninggal dalam keadaan haus, sekalipun diberi minum dengan semua air yang ada di dunia.

Tiga hukuman saat di kuburnya, yaitu:

9 Kuburnya menyempit, tubuhnya terhimpit sehinga tulangtulangnya hancur.

10. Kuburnya dinyalakan api siang dan malam.

11. Di kuburnya ada ular jantan bernama Syuja' Al-Aqra’. Matanya dari api, kukunya dari besi, dan suaranya seperti petir. Ular itu berkata, "Tuhan telah menyuruhku untuk menghantammu karena kau telah menyia-nyiakan shalat shubuh sampai terbit matahari. Memukulmu karena menyia-nyiakan shalat dzuhur sampai ashar, memukulmu karena menyia-nyiakan shalat ashar sampai maghrib, memukulmu karena menyia-nyiakan shalat maghrib sampai isya, dan memukulmu karena menyia-nyiakan shalat isya sampai shubuh. "Sekali pukul, tubuh orang tersebut amblas sampai 70 dzira' (satu dzira' = 45 inci). Hukuman tersebut terjadi sampai hari kiamat.

Hukuman yang menimpanya tatkala keluar dari kuburnya di saat hisab ialah:

12. Hisabnya berat. 
13. Mendapat kemarahan Allah. 
14. Dimasukkan ke dalam neraka'.

0 Response to "Dosa Meninggalkan Sholat || Dosa Dosa Besar"

Post a Comment

Iklan atas artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel